diam...
diam terpaku oleh belenggu rasa penuh sesak-pilu
diam bersama puluhan sayatan luka nan terkubur kristal garam
diam berkawan kenaifan yang mematikan sekujur saraf tubuh...
hingga membatu, tak bisa berlaku
Aku tak ingin begini, Sayang...
lelahku telah sampai di tapal batas
sebuah tanya kecil mengulir,
mengapa Kau?
lalu...
pertanyaan bersubjek Kau itu bercabang cepat!
mengapa berbeda?
mengapa begitu menyilaukan?
mengapa seolah sempurna?
mengapa mampu mengalirkan kebahagiaan?
mengapa tak bisa dilupakan?
mengapa Aku tak pernah sanggup untuk berhenti memujamu???
namun,
mengapa harus Kaulah jua perobek luka luka ini?
mengapa sumber segala deritaku tak lain Kau pula?
mengapa...
mengapa...
mengapa???
pekik teriakku pada sang diri...
dalam diam
dalam sendu
No comments:
Post a Comment