Thursday, November 21, 2013

Aji? (the sequel of Hate to Missing You)

"Ji apa kabar? Icha kangen...kangen banget"  
Kata-kata ini selalu menjadi teriakan kecil yang paling sering mengiang dari hati Annisa. Hanya mengiang, tak pernah bisa terucap apalagi langsung menyampaikannya pada Aji.

Fairytale Aji dan Annisa sepertinya sudah berakhir, ya berakhir tanpa akhir. Tak jauh berbeda dengan kisah dua tahun lalu saat mereka lulus SMP dan terpisah SMA. Bedanya, Annisa lebih bisa menerima akhir yang kedua ini, karena sebenarnya Ia sudah menebak akhirnya akan kembali seperti ini. Namun, rindu yang jadi masalah, dia malah makin mencekik, lebih parah dari sebelumnya. Empat bulan dengan Aji, membuat Annisa harus kembali menyesuaikan alur hidupnya kembali tanpa Aji, dan ternyata sulit, sangat sulit.

Walaupun demikian, Annisa sebenarnya bahagia dan sangat bangga pada Aji. Mereka terpisah karena ketidaklolosan Annisa pada tingkat nasional, sedangkan Aji, si jenius itu tentu saja lolos. Annisa tidak sendiri, Algi, Sandy, Rini, Anna dan Fitri juga tidak lolos, sedih? yaa itu sangat dirasakan Annisa dan semua temannya, tapi mereka tetap 100% mendukung Aji di tingkat nasional agar mendapatkan yang terbaik.

Annisa selalu mengingat waktu-waktunya bersama Aji, apalagi saat terakhir kali Ia pulang bersama Aji. Beruntung, di bulan Agustus, di akhir bulan Ramadhan, Annisa sempat bertemu Aji di acara buka bersama SMP mereka. Annisa sama sekali tak berharap Aji datang ke acara itu, karena sehari sebelum acara Aji mengatakan bahwa Ia baru tau tentang acara buka bersama itu, padahal registrasi keikutsertaan acara sudah ditutup. Tak disangka, Aji hadir di acara itu, Annisa sangat sangat bahagia melihatnya. Annisa selalu mencuri curi untuk melihat ke balik tirai hijab, yaa, Aji ada di balik tirai itu. Saat waktu makan tiba, hijab dilepas dan para alumni diizinkan berkumpul dengan kelasnya. Annisa duduk di kumpulan kelas 9.10, sedangkan Aji, karena anggota kelasnya yang hadir sangat sedikit, Ia bergabung dengan kelas 9.8 yang letaknya bersebelahan dengan 9.10. Annisa hampir tak pernah memalingkan pandangannya pada Aji, sambil sesekali tersenyum tipis saat Aji melihatnya. 

Annisa hari ini terlihat berbeda, dengan rok dan baju ungu serta jilbab yang senada, menimbulkan berbagai ekspresi teman-temannya, mulai dari sanjungan hingga ledekan, namun dia tak perduli, hanya Aji yang ada di perhatiannya, bahkan teman-teman lama yang sebenarnya sangat Ia rindukan malah jadi tak terperhatikan olehnya. 

SampaI saat mengambil makanan tiba dan Annisa sedang mengobrol dengan temannya, Aji menghampiri Annisa. Tentu, Annisa langsung terpaku, Ia kaget si dingin ini kini persis di depannya, mereka berbincang ringan sambil saling meledek, tak lupa Annisa mengucapkan selamat dan memberi semangat untuk Aji, terlihat sekali Annisa mengarahkan kakinya ke kaki Aji dengan maksud ingin menginjaknya karena kesal dengan apa yang Aji katakan, mereka terlihat bahagia, apalagi Annisa, sangat sangat bahagia. Aji tak banyak berbincang dengan orang-orang di sana, dan Annisa termasuk salah satunya dan satu-satunya perempuan yang Ia ajak bicara. Aji memang tak suka berbicara dengan orang-orang yang tak berteman dekat dengannya, sedikit banyak itu berarti Annisa dianggapnya sebagai salah satu teman dekatnya. Hari itu, menjadi satu hari yang sangat berarti bagi Annisa.

Setelah itu, Aji menjadi nama yang selalu tersebut dalam doa Annisa, walau Annisa tak pernah tau apakah Aji balik mendoakannya, memikirkannya atau sekedar mengingatnya. Tak sia sia, Aji berhasil mendapatkan medali perunggu. Hal itu diketahuinya dari Aji sendiri, Ia langsung menghubungi Aji saat OSN tingkat Indonesia selesai. Kini, tiga bulan sudah berjalan setelah pertemuan terakhirnya dengan Aji di SMP mereka dan Annisa masih seperti ini, yaa masih seperti ini...