Thursday, November 21, 2013

Aji? (the sequel of Hate to Missing You)

"Ji apa kabar? Icha kangen...kangen banget"  
Kata-kata ini selalu menjadi teriakan kecil yang paling sering mengiang dari hati Annisa. Hanya mengiang, tak pernah bisa terucap apalagi langsung menyampaikannya pada Aji.

Fairytale Aji dan Annisa sepertinya sudah berakhir, ya berakhir tanpa akhir. Tak jauh berbeda dengan kisah dua tahun lalu saat mereka lulus SMP dan terpisah SMA. Bedanya, Annisa lebih bisa menerima akhir yang kedua ini, karena sebenarnya Ia sudah menebak akhirnya akan kembali seperti ini. Namun, rindu yang jadi masalah, dia malah makin mencekik, lebih parah dari sebelumnya. Empat bulan dengan Aji, membuat Annisa harus kembali menyesuaikan alur hidupnya kembali tanpa Aji, dan ternyata sulit, sangat sulit.

Walaupun demikian, Annisa sebenarnya bahagia dan sangat bangga pada Aji. Mereka terpisah karena ketidaklolosan Annisa pada tingkat nasional, sedangkan Aji, si jenius itu tentu saja lolos. Annisa tidak sendiri, Algi, Sandy, Rini, Anna dan Fitri juga tidak lolos, sedih? yaa itu sangat dirasakan Annisa dan semua temannya, tapi mereka tetap 100% mendukung Aji di tingkat nasional agar mendapatkan yang terbaik.

Annisa selalu mengingat waktu-waktunya bersama Aji, apalagi saat terakhir kali Ia pulang bersama Aji. Beruntung, di bulan Agustus, di akhir bulan Ramadhan, Annisa sempat bertemu Aji di acara buka bersama SMP mereka. Annisa sama sekali tak berharap Aji datang ke acara itu, karena sehari sebelum acara Aji mengatakan bahwa Ia baru tau tentang acara buka bersama itu, padahal registrasi keikutsertaan acara sudah ditutup. Tak disangka, Aji hadir di acara itu, Annisa sangat sangat bahagia melihatnya. Annisa selalu mencuri curi untuk melihat ke balik tirai hijab, yaa, Aji ada di balik tirai itu. Saat waktu makan tiba, hijab dilepas dan para alumni diizinkan berkumpul dengan kelasnya. Annisa duduk di kumpulan kelas 9.10, sedangkan Aji, karena anggota kelasnya yang hadir sangat sedikit, Ia bergabung dengan kelas 9.8 yang letaknya bersebelahan dengan 9.10. Annisa hampir tak pernah memalingkan pandangannya pada Aji, sambil sesekali tersenyum tipis saat Aji melihatnya. 

Annisa hari ini terlihat berbeda, dengan rok dan baju ungu serta jilbab yang senada, menimbulkan berbagai ekspresi teman-temannya, mulai dari sanjungan hingga ledekan, namun dia tak perduli, hanya Aji yang ada di perhatiannya, bahkan teman-teman lama yang sebenarnya sangat Ia rindukan malah jadi tak terperhatikan olehnya. 

SampaI saat mengambil makanan tiba dan Annisa sedang mengobrol dengan temannya, Aji menghampiri Annisa. Tentu, Annisa langsung terpaku, Ia kaget si dingin ini kini persis di depannya, mereka berbincang ringan sambil saling meledek, tak lupa Annisa mengucapkan selamat dan memberi semangat untuk Aji, terlihat sekali Annisa mengarahkan kakinya ke kaki Aji dengan maksud ingin menginjaknya karena kesal dengan apa yang Aji katakan, mereka terlihat bahagia, apalagi Annisa, sangat sangat bahagia. Aji tak banyak berbincang dengan orang-orang di sana, dan Annisa termasuk salah satunya dan satu-satunya perempuan yang Ia ajak bicara. Aji memang tak suka berbicara dengan orang-orang yang tak berteman dekat dengannya, sedikit banyak itu berarti Annisa dianggapnya sebagai salah satu teman dekatnya. Hari itu, menjadi satu hari yang sangat berarti bagi Annisa.

Setelah itu, Aji menjadi nama yang selalu tersebut dalam doa Annisa, walau Annisa tak pernah tau apakah Aji balik mendoakannya, memikirkannya atau sekedar mengingatnya. Tak sia sia, Aji berhasil mendapatkan medali perunggu. Hal itu diketahuinya dari Aji sendiri, Ia langsung menghubungi Aji saat OSN tingkat Indonesia selesai. Kini, tiga bulan sudah berjalan setelah pertemuan terakhirnya dengan Aji di SMP mereka dan Annisa masih seperti ini, yaa masih seperti ini...

Monday, July 8, 2013

Hate to Missing You... (II)

.....

I have this unifinished puzzle. Are you one of those missing piece?”
^@benzbara_

Hari berikutnya aku datang lebih pagi, disana sudah ada Algi, Fitri dan beberapa temanku yang lain. Aku sudah mengenal Fitri, namun belum begitu akrab. Akhirnya, aku memutuskan untuk duduk dengan Fitri hari itu. Algi duduk persis di belakangku, sementara Anna dan Sandy di belakang. Guru pembinaku sudah masuk kelas tapi Aji belum juga datang, tak lama kemudian Aji datang, tak biasanya dia sendiri, biasanya dia selalu bersama seorang temannya satu sekolah. Aji memutar kepalanya untuk mencari kursi kosong, tak ada kursi di sisi depan akhirnya Aji duduk di belakang. Aku sedikit kecewa, hari ini jarakku dengannya cukup jauh. Hingga waktu break tiba, aku membuka kotak snack dan mulai memakannya, tiba tiba suara yang masih terngiang itu memanggilku “Cha...” aku langsung menoleh, hanya memberikan isyarat sebagai tanda sautan, “lo sendiri?” tanya Aji, “enggak, ini ada” kataku sambil menunjuk kursi Fitri, “ih bukan itu” jawabnya sedikit jengkel “lo sendiri dari sekolah lo?” lanjutnya “di matematika?” tanyaku singkat “iyaaa” jawab Aji seadanya “haha iya sendiri”.

Aji tak menjawab, hanya memberi sedikit anggukan. Aku tersenyum simpul, menutupi kegugupan yang sedang menyerang. “Emang sekolah lo ngirim berapa orang sih Cha?” lanjut Aji sambil sedikit mendelik, “dua hehe” jawabku sambil sedikit cengengesan “hah? Dua? Dikit banget sih” jawabnya sedikit mencibir, “ih yaudah biarin yang penting gue masih nyangkut kan sampe sini” jawabku dengan nada sedikit sombong, Aji tersenyum, senyum termanis yang pernah kulihat rasanya, tiba tiba dia sedikit berbisik, sambil memutar matanya, “lagian sih sekolahnya jarang banget lolos” cibir Aji, aku mendengarnya jelas, namun aku hanya mendelik sambil berkata “hah? Apa Ji?” “enggak...” jawabnya setengah tertawa, lalu ia melanjutkan lagi dengan suara yang masih berbisik “lagian siapa suruh sih masuk situ” aku semakin mendelik dan bertanya lagi “apaan sih Ji?” “hah enggak kok gapapa” jawabnya sambil tersenyum lalu meninggalkanku dan kembali ke kursinya. Aku tertawa, tiba tiba terputar kembali rasanya memori waktu Aji mengomeliku karena SMA tujuanku, aku benar benar suka dengan Aji yang ini, Aji yang cerewet dan Aji yang selalu bisa kulihat. Aku benar benar nyaman disini.

Di hari hari berikutnya, aku makin jatuh cinta dengan bidang yang aku tekuni saat ini. Para dosen yang mengajarku sangat friendly dan teman teman yang awalnya kuanggap tidak menyenangkan ternyata berubah drastis. Mereka semua seru dan aku merasa nyaman dengan mereka karena menyukai bidang yang sama. Setiap istirahat biasanya aku bersenda gurau dengan Anna, Fitri dan Rini, Rini adalah seorang teman baru yang kukenal di pelatihan, Rini berbeda kotamadya dengan aku, Anna dan Fitri tapi kami tetap bisa kompak.

I want to be your favorite hello and your hardest goodbye”
^@damnitstrue

Pernah satu hari pelatihan kami dibagi menjadi dua kelas, Aku, Anna, Rini dan Sandy ditempatkan di ruang 2, sedangkan Aji, Algi dan Fitri di ruang 1, otomatis aku sama sekali tak berkomunikasi dengan Aji. Tapi, terjadi sesuatu yang cukup menarik, pelatihan hari itu dipulangkan lebih cepat karena alasan hujan, pembina takut jalan macet dan kami pulang telat. Papa tentu saja belum tiba untuk menjemputku, akhirnya aku memenuhi permintaan Anna untuk menemaninya salin baju. Selesai mengganti baju, kami langsung turun. Suasana sudah sangat sepi, sepertinya teman temanku sudah pulang semua. Anna berjalan menuju tempat parkir, aku mengekor di belakangnya sambil mencari orang yang bisa menemaniku menunggu papa. Binggo! ada Algi sedang duduk sendiri dan sibuk dengan gadgetnya, aku langsung pamit pada Anna dan berjalan menuju Algi. Tak hanya Algi yang ada disana, ada tiga orang yang lainnya, namun ketiga orang itu duduk cukup jauh dari Algi. Aku berjalan pelan menuju mereka, bimbang antara duduk di kursi sebelah Algi atau bergabung dengan ketiga orang itu, untunglah Algi sadar kedatanganku, dia langsung menoleh padaku dan refleks memindahkan tas yang ada persis di sebelahnya ke pangkuannya. Aku tersenyum, mengerti akan isyarat yang diberikan Algi, langsung aku duduk di sampingnya.

Aku langsung membuka suara, berbasa basi layaknya seseorang yang baru kenal. Aku memanglah orang yang bawel, aku suka membuka pembicaraan dan mengobrol dengan siapa saja. Algi ternyata juga cukup bawel, pembicaraan kami berdua berubah menjadi obrolan yang sangat seru. Algi ternyata pemain lama dalam lomba ini, jadi dia berbagi cerita denganku tentang pengalamannya. Tak ada kecanggungan sama sekali saat aku dengan Algi, yaa inilah aku yang sebenarnya, berbeda total saat berhadapan dengan Aji. Kami saling berbagi tentang sekolah masing masing, kehidupan, sampai membicarakan sosial media yang sedang terkenal saat ini. Kelihatannya Algi sama sepertiku, sama sama anak yang sangat dijaga, karena saat itu Algi juga menunggu untuk dijemput papanya. Ditambah lagi saat Algi berkata, bahwa dia benar benar ingin pulang dengan angkutan umum tapi tak pernah diizinkan, refleks aku setengah berteriak meresponnya karena aku juga mengalami hal itu dan kami sama sama tertawa. Tak terasa hampir tiga perempat jam aku berbincang dengannya, sekarang tinggal tersisa kami berdua di koridor, tak sadar jika semua orang sudah pergi, aku lihat jamku dan sadar pasti papa sudah menungguku, aku langsung pamit pada Algi dan bergegas pulang. Sepanjang jalan pulang aku sering tersenyum tiba tiba mengingat obrolanku dengan Algi, dia benar benar teman cerita yang menyenangkan. Simpel saja, mungkin penyebabnya karena minat kami pada bidang yang sama dan Algi adalah tipe orang yang hampir sama denganku, suka berbicara, maka dari itu aku merasa klop dengannya.

Tepat keesokan harinya, ceritaku dengan Algi dimulai lagi. Ajilah penyebab semuanya. Aku datang sangat pagi hari itu, kutempati meja paling depan yang nantinya akan kutempati bersama Anna. Yaa, semenjak pelatihan yang ini aku tak pernah lagi duduk dengan Sandy, padahal dulu Sandylah temanku satu-satunya. Bukannya sombong, aku hanya tak mau duduk di belakang, konsentrasiku buyar jika duduk di belakang, sedangkan Sandy paling anti duduk di depan. Tak lama kemudian Aji datang, dia duduk di tempat yang seharusnya menjadi tempat Algi, aku tak begitu perduli, aku melanjutkan obrolanku dengan Fitri. Sampai akhirnya Algi datang, dia mendelik ketika melihat kursinya ditempati Aji, Algi bertanya heran dan Aji hanya cengengesan, Algi keliatannya tak begitu ambil pusing. Tiba tiba aku dijadikan kambing hitam, sadar kursi sebelahku kosong, Aji refleks berteriak “Gi, lo situ aja samping Annisa” aku hanya mengerutkan dahi, kupikir Algi tak akan duduk di sebelahku karena kita baru saling kenal. Tapi ternyata Algi langsung meletakan tasnya di kursi sebelahku, aku tersenyum tipis, sebenarnya aku mau buka mulut dan berkata kursi ini untuk Anna, tapi aku tak enak dan mengingat ini juga karena Aji. Aku sedikit jengkel dengan Aji, dia memang suka seenaknya, sebenarnya bukan hanya itu, aku jengkel kenapa bukan Aji saja yang duduk di sebelahku, konyol memang namun yasudah lah pikirku saat itu.

Aku sudahi perbincanganku dengan Fitri dan memulai membuka buku untuk mengulang pelajaran kemarin. Algi juga menyudahi senda guraunya, dia kembali ke kursi dan menyusulku mengulang pelajaran. Aku membuka kumpulan soal yang sudah diberikan, setelah mengerjakan beberapa soal aku diam sambil mengerutkan dahi, aku mulai bingung. Algi menyadari hal itu, dia langsung menoleh ke kertasku lalu buka suara, “kenapa?” aku terkejut, Algi ternyata pengamat yang baik, aku tak menjawab, hanya menunjuk soal di kertas yang menurutku rumit. Algi langsung membaca soal tersebut dan buka suara untuk menerangkan, penjelasan Algi sangat bisa kumengerti, dia mampu merubah hal hal yang rumit ke dalam bahasa yang sangat komunikatif. Akhirnya kertas soalku diambil alih Algi, dia mencoret-coret kertasku sambil berkutat dengan kalkulator dan tentunya menjelaskan padaku. Sesekali Algi menoleh padaku lalu diam menatap, aku memang bawel, tapi aku lemah dengan tatapan mata, aku tak begitu suka menatap ataupun ditatap, karena jujur hal itu membuatku lumayan gugup. Pelatihan hari itu benar benar menyenangkan, aku dapat memahami semua yang dijelaskan hari itu dan materi materi sebelumnya yang masih membuatku bingung dijelaskan ulang oleh Algi. Hampir Algi bisa membuatku sejenak melupakan Aji, namun hampir, hanya hampir. Algi memang cukup memesona, tapi Aji lebih dari itu sampai tak mampu kudeskripsikan. Aku sudah sangat nyaman berteman seperti ini dengan Algi, dan biarlah seperti ini.

only you can make this world seems right, only you can make the darkness bright, only you and only you alone can thrill me like you do, and fill my heart with love for only you”
^The Platters – Only You (song)

Empat hari terakhir pelatihan aku duduk dengan Rini, Rini adalah teman dari kotamadya lain yang baru saja kukenal. Aku dan Rini saling bercerita, Rini yang awalnya terlihat agak angkuh ternyata sangat baik dan menyenangkan. Walaupun terlihat kalem, nyatanya Rini sama 'gila'nya denganku, kami berdua sama sama anak tunggal, dan uniknya Rini juga menyukai pria yang nama dan sifatnya sama dengan Aji. Aku tertawa geli mendengarnya, entah bagaimana bisa aku bertemu Rini, orang yang memiliki begitu banyak kesamaan denganku. Aku bercerita banyak tentang Aji dengannya dan kami juga membicarakan begitu banyak hal. Lucu, kami sering tertawa lepas karena hal hal kecil yang tak dipikirkan orang lain. Aku dan dia juga sering berbagi info info unik sambil sesekali membicarakan tentang teman teman pelatihan.

Sedangkan Sandy, dia asyik dengan teman barunya. Tentunya teman yang mau menemaninya duduk di belakang. Kadang aku jengkel dengan gurauannya, dia tau benar betapa suramnya aku saat pelatihan pertama, jadi dia berpendapat bahwa walaupun aku duduk di meja depan sekarang, tapi aku tetap tak mengerti apa-apa. Itulah Sandy, bagaimanapun dia tetap saja temanku. Fitri dan Anna juga makin klop, bakat mereka hampir sama, benar benar memudahkan mereka saat pelatihan. Aku kadang tak mengerti dengan pemikiran Anna dan Fitri, dan sebaliknya mereka juga terkadang tak mengerti pemikiranku, tapi Anna dan Fitri memiliki pemikiran yang hampir selalu sama, maka dari itu mereka menjadi sangat klop. Aji? sama denganku, Aji juga terlihat sudah sangat klop dengan teman - temannya, gerombolanku dengan gerombolan Aji selalu menempati meja yang bersebelahan. Namun aku kalah jumlah dengannya, aku biasa main berempat, sedangkan gerombolan Aji berenam, termasuk Algi di dalamnya, belum lagi ditambah Sandy yang sering join dengan Aji, dkk. Aku yang awalnya sedikit muak dengan pelatihan, kini balik jatuh hati.

Teman-temanku disana sebagian besar adalah Chinesse, aku salut dengan mereka, mereka hebat, walaupun di tanah orang namun mereka tetap mampu bersaing bahkan hampir merajai. Terkadang aku berfikir, kita terjajah, bukannya rasis, aku tau mereka juga warga negara Indonesia, tapi aku, kita, yang benar benar anak Indonesia, turunan asli nenek moyang, nampaknya kalah langkah dibanding mereka. Mereka lebih maju, karena kegigihan dan keuletannya. Harusnya hal ini bisa menjadi pelajaran untuk kita, belajar dari mereka dan menjadi manusia manusia yang lebih baik lagi.

Aku salut pada Aji, jelas dia mampu bersaing dengan siapapun lawannya. Terlihat jelas dari peringkat dan nilai gemilang yang selalu berhasil ia raih. Soal kemampuan, jelas aku kalah jauh dengannya. Sedari SMP dulu, aku memang selalu di bawahnya, tapi rasanya tak begitu jauh. Kini sangat berbeda, dia berkembang pesat, jauh di atasku. Mengingatkanku pada hal yang sebenernya pernah kuucap sendiri “sudah kodratnya pria itu jauh lebih pintar dari wanita, hanya saja kegigihan terkadang wanita lebih kuat, dan itu mebuat wanita terlihat di atas laki laki”. Ditambah lagi Zahwa pernah berkata “kalau pas kecil, emang perempuan yang menang, karena mereka lebih bisa ngatur, nanti pas SMP apalagi SMA, laki laki udah mulai bisa serius, nah mereka bakal jauh melejit”. Sekarang aku benar benar yakin dengan hal itu, karena buktinya ada di depan mataku sendiri, yaa Aji.

You are one of those beautiful things that happened to my life and made my life worthwhile”
^@damnitstrue

Banyak hal menarik yang kualami selama pelatihan, dan tentunya banyak sekali ilmu pengetahuan yang kudapat. Mendekati hari hari terakhir pelatihan aku sedih, padahal di sisi lain aku juga merindukan sekolah asliku. Begitu banyak pelajaran dan orang orang baru yang kudapat di tempat ini, sehingga memberatkan langkahku untuk meninggalkannya. Tak hanya itu, banyak juga pengalaman baru yang kudapat, termasuk pengalaman pulang naik angkutan umum. Aku, anak papa yang selalu diantar-jemput ini akhirnya merasakan pulang naik angkutan umum dengan jarak yang lumayan jauh. Hari itu papa benar benar ada urusan penting, sehingga aku meyakinkan papa bahwa aku bisa pulang sendiri. Akhirnya papa mengizinkan, padahal jujur aku sendiri agak ragu karena tak tau rute, tapi ini kotaku, tak lucu jika aku tersesat, jadi aku mencoba santai dan percaya diri. Aku meminta Sandy agar pulang bersama denganku, Sandy pura-pura tak mau, aku tau dia jengkel karena belakangan ini dia menganggapku agak sombong. Aku merayunya sebisaku, lalu teman-temannya menertawaiku termasuk Aji, Aji malah memanas-manasi Sandy dengan mengajaknya main futsal, Sandy tertawa dan meledek akan meninggalkanku sendiri. Aku mendesah kesal, Aji dkk malah makin menertawaiku, mereka mengerti benar aku anak manja yang mungkin bisa hilang di jalan karena tak tau apa-apa, sampai akhirnya Aji menengahi dan buka mulut “San rumah lo kan deket sama Icha, pulang barenglah kasian dia”, aku kaget mendengarnya, akhirnya si dingin ini membelaku, aku tersenyum bersamaan dengan anggukan Sandy.

Akhirnya aku pulang dengan Sandy, aku nurut saja mengikuti Sandy. Hari itu aku tak mau pulang ke rumah, tapi langsung ke tempat les yang tak lain juga tempat les Sandy. Menunggu kendaraan di kota besar memanglah butuh kesabaran, jarak yang tak begitu seberapa menjadi lama karena kendaraan yang terbatas, untung saja sore itu belum begitu macet. Akhirnya kami sampai di sebuah terminal, aku tau terminal ini, karena jaraknya tak begitu jauh dari rumahku, tapi tetap saja aku tak mengerti soal angkutannya. Aku dan Sandy menunggu angkutan umum jenis mobil kecil, angkutan umum yang ini memang selalu penuh. Angkutan pertama yang datang kosong satu dan Sandy menuruhku naik, aku langsung menolak. Setelah tolakanku itu, semua angkutan yang lewat penuh, Sandy mulai tak sabar. Akhirnya ada angkutan yang kosong, namun entah kenapa kosong satu lagi, Sandy kembali menyuruhku naik tapi aku tak mau dan menyuruhnya balik, tak kusangka Sandy langsung naik, tersenyum lalu meninggalkanku sendiri. Aku diam sebentar, lalu kalang kabut karena aku benar benar tak mengerti angkutan. Aku mencoba tenang, dan menunggu angkutan itu dengan sabar, setelah ada yang kosong aku naik dan duduk di dekat supir. Beruntung Pak Supir itu amat baik, dia memberi tau jalan bahkan angkutan selanjutnya yang harus kunaiki untuk mencapai tempat tujuanku, akhirnya aku sampai di tempat lesku sambil menahan tawa, ini benar benar kejadian yang tak terlupakan.

I am literally my own bestfriend. I have inside jokes with my self and sometimes I will start laughing out loud at how funny I am”
^@Derpey

Hari terakhir pelatihan menjadi hari yang selalu kuingat, hari yang cukup bodoh rasaku. Hari itu banyak temanku yang tidak hadir, termasuk Algi dan Sandy, aku sedikit kecewa karena seharusnya hari itu menjadi hari perpisahan kami, aku mau foto bersama dengan mereka semua. Untunglah Aji hadir, aku masih punya harapan untuk berfoto dengannya, sebuah hal yang aku ingin lakukan dua tahun lalu, saat lulus SMP, tapi tak terjadi. Pelatihan selesai, hampir semua teman temanku langsung menikmati makan siang, kecuali aku, aku sibuk mengumpulkan mental untuk mengajak Aji foto bersama. Aku benar benar gugup, rasanya ingin kuurungkan niatku, tapi aku tak mau menyesal seperti dua tahun lalu, untung ada Rini yang mampu menenangkanku dan memaksaku untuk tetap foto bersama Aji. Akhirnya, Aji selesai makan, aku bersiap untuk buka suara, tapi ternyata aku cuma diam dan Aji berlalu begitu saja. Rini setengah berteriak padaku, dan akhirnya refleks aku menarik tas Aji sambil memanggilnya, Aji menoleh keheranan, belum sempat dia buka suara aku langsung menyampaikan maksudku. Aji tertawa, geli sekali, makin geli setelah mengetahui bahwa maksudku adalah foto berdua, aku dan dia. Aku malu, benar benar malu.

Sepanjang jalan pulang, aku tertawa. Menertawai diriku sendiri, keberanianku meminta foto bersama Aji merupakan hal heroic rasaku, berlebihan mungkin namun aku benar benar tak berfikir aku bisa melakukan hal itu. Tak hanya itu, semua hal yang sudah kualami selama dua minggu terasa berputar kembali, tiba tiba aku benar benar tak mau berpisah dengan dunia pelatihan. Aku terlalu asyik di sana, sehingga langkahku untuk meninggalkan pelatihan menjadi amat berat. Untuk menghibur diri, aku mampir ke sekolah, aku bertemu teman-teman yang memelukku bergantian, mereka merindukanku dan aku lebih merindukan mereka. Yaa inilah rumahku yang sebenarnya, sekolahku sendiri. Aku berbagi pengalaman selama di pelatihan dan teman-temanku menceritakan semua yang terjadi di sekolah saat aku tak ada. Sepulangku ke rumah juga tak lupa aku menghubungi Zahwa untuk bercerita. Zahwalah pembaca cerpen setiaku setiap aku punya cerita baru.

Kini, aku punya waktu empat hari untuk test 4, testku yang terakhir sebelum aku dikarantina dan menghadapi perlombaan puncak. Aku sudah cukup jauh ada disini, test 4 adalah tahap yang paling sulit. Aku harus mampu menyisihkan lebih dari dua ribu orang se-Indonesia untuk lolos, dua ribu orang itu tentu saja bukan pelajar biasa, mereka juga mempunyai kemampuan yang sama bahkan jauh lebih di atasku. Aku akan mengerjakan test semaksimal mungkin, namun aku benar benar tak yakin lolos, ini terlalu berat. Test 4 akan dilaksanakan di sekolah Algi, waktu empat hariku kumanfaatkan semaksimal mungkin. Soal hasilnya nanti, aku benar-benar pasrah.

Test dilaksanakan di hari selasa, di hari senin aku tetap masuk sekolah karena ujian kenaikan kelas. Konsentrasiku akhirnya terbagi, harus mempersiapkan diri untuk test tapi di sisi lain juga harus belajar untuk ujian. Awalnya aku sedikit jengkel, kenapa sekolah tidak memberiku dispensasi untuk libur ulangan sehari lagi. Namun ternyata tak begitu buruk, masuk sekolah malah menjadi hiburan untukku walaupun sedang ulangan. Yaa teman-temankulah sebabnya, mereka pengusir gusar dan pemacu semangatku. Mereka mampu mengusir lelah sedari pelatihan dan menyulut semangat untuk test esok hari.

what are you doing during I am not here?” “waiting you come back...”
Conversation between Spongebob & Patrick
^Sponge Bob Square Pants

Hari yang paling menegangkan untukku tiba, aku bangun amat pagi untuk mempersiapkan diri. Sepanjang bersiap-siap pikirku tak pernah lepas dari bayangan soal yang akan kuhadapi, aku juga harus berangkat lebih pagi hari ini karena aku akan berangkat dengan Pak Imran. Pukul enam tepat aku sampai di sekolah, Pak Imran sudah lebih dulu sampai, tak lama kemudian Damar temanku yang ada di bidang Biologi dan juga Dhana temanku yang ada di bidang Fisika datang. Kami langsung bergegas ke lokasi test, yaa sekolah Algi. Sampai disana Pak Imran memberi kami kata-kata penyemangat, lalu aku, Damar dan Dhana berpisah untuk menuju ruang masing masing. Aku di ruang 3 Matematika, dan Aji satu ruangan denganku, tak masalah aku benar benar sudah biasa. Sandy dan Algi ditempatkan di ruang 1, Anna di ruang 2, sedangkan Rini dan Fitri di ruang 4. Aku berjalan santai menuju ruanganku, tiba-tiba Algi muncul dari ruang 1, aku tersenyum lalu bertanya pada Algi dimana ruanganku, Algi menunjuk sebuah ruangan sambil berjalan beriring untuk mengantarku.

Ruanganku masih sangat sepi. Baru ada dua tas di atas meja dan sama sekali tidak ada orang. Aku langsung mengambil buku dan bergegas kembali ke ruang Algi. Aku setengah cengengesan masuk ruangan itu “ruangan gue gaada orang, join yaa” Algi dan Sandy hanya tertawa. Aku langsung duduk di kursi tepat di belakang Algi dan Sandy, Algi langsung memutar badan kearahku, melihat Algi aku lagsung teringat dengan soal yang belum bisa kuselesaikan, aku langsung tanyakan padanya dan seperti biasa dia menjelaskan padaku dengan sangat baik. Aku benar benar sedang asyik belajar dengan Algi, sampai akhirnya Sandy mengusikku, dia memang sangat usil. Dia menggodaku dan Algi, aku mendadak salah tingkah, aku tak enak dengan Algi. Akhirnya aku langsung pamit dengan Algi dan kembali ke ruanganku, tapi sial ruanganku masih belum ada orang. Akhirnya aku pindah basecamp ke ruang 2, beruntung Anna sudah datang dan Aji juga ternyata ada di ruang ini, Aji juga pasti mencari keramaian karena ruangan kami sepi. Aku hanya berbincang ringan dengan Anna sampai bel tiba, aku rasa aku sudah siap. Aku hanya perlu rileks saat ini.

Bel berbunyi, aku langsung ke ruangan dan mempersiapkan semua peralatan ujian. Aji duduk di serong kanan belakangku. Aku tak begitu memperhatikannya, aku fokus dengan buku soal yang aku terima. Yaa benar, buku soal, soal testku kali ini benar-benar panjang sehingga dibukukan. Kubaca soal perlahan, soal ini benar-benar berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, aku lumayan kaget melihatnya. Soal ini lebih rumit, materinya juga lebih luas, ada yang bahkan tak pernah kupelajari. Aku mencoba santai, kukerjakan soal sebisaku, lagi pula aku punya waktu tiga jam. Soal yang tadinya kuanggap sulit ternyata bisa kuatasi satu persatu, walaupun tak semuanya dapat kupecahkan. Aku tak ambil pusing dengan test ini, yang penting aku sudah melakukan yang terbaik.

Waktu test selesai, aku langsung keluar menuju ruangan Anna, Aji mengekor di belakangku, lalu kami saling menoleh dan lagi lagi diam. Kami berdua sama sama tak buka suara walau hanya sekedar bertanya tentang soal barusan. Untunglah Anna cepat keluar, lalu aku dan dia mencari Rini dan Fitri. Akhirnya kami berempat berkumpul, refleks kami bercerita setengah berteriak membahas test yang baru saja selesai sambil berjalan menuju kantin. Saat makanpun kami tetap asyik membicarakan test, soal-soalnya memang sangat memancing untuk dibicarakan. Tak lama, Algi, Aji dan yang lain juga datang dan makan di meja depan kami. Dhana dan Damar belum selesai test, mereka punya waktu setengah jam lebih lama dariku, jadi lebih baik aku menunggu mereka sambil makan dan menyegarkan pikiran. Aku selesai makan, hampir berbarengan dengan bel tanda selesai test Dhana dan Damar, aku langsung ke warung es untuk membeli minum lalu ke gerbang sekolah untuk bertemu Dhana dan Damar.

Rini langsung pulang, sekarang tinggal aku, Anna dan Fitri. Hampir setengah jam aku bersenda gerau dengan mereka sambil menunggu Dhana dan Damar. Sampai akhirnya aku sadar ada yang tak beres, ke mana Dhana dan Damar? Aku mulai berfikir mereka meninggalkanku. Apalagi setelah Anna pulang dan aku tinggal dengan Fitri. Kulihat jamku dan ini hampir 40 menit setelah bel Dhana dan Damar berbunyi. Aku panik, Fitri juga ikut panik, aku tak tau jalan ini apalagi angkutannya. Aku mendelik sekitar, mencari apakah Algi masih ada untuk sekedar memberi tahuku bagaimana jalan pulang, atau lebih beruntung lagi aku bisa pulang dengannya. Ini gawat bagiku, aku benar benar tak mau pulang sendiri, apalagi ditambah tak tau jalan, apes, papa juga tak bisa menjemputku. Tiba tiba aku ingat, Aji sepertinya belum pulang, akhirnya aku dan Fitri menunggunya. Beruntung sekali, tak sampai dua menit Aji muncul bersama teman-teman satu sekolahnya.

Kudorong Fitri, sebagai isyarat minta tolong “tanya Aji” untunglah Fitri mengerti dan langsung bertanya pada Aji. Setelah Aji menjawab aku langsung meneruskan pembicaraan, Aji setengah kaget lalu tertawa sangat geli saat aku bilang aku mau pulang dengannya. Sial, Aji akan pulang dengan mobil komite sekolahnya, dia mengajakku pulang bersamanya dengan mobil komite. Aku langsung menolak, aku tak enak naik mobil komite sekolah lain, tapi Aji memaksaku, daripada aku pulang sendiri pikirnya. Aku mulai luluh, aku pasrah dan mau ikut Aji naik mobil komite, sampai tiba-tiba Aji berkata “yaudah yuk pulang”, Aji berubah pikiran dan mau pulang dengan angkutan umum. Aku senang, benar-benar senang. Sepanjang jalan Aji meledekku sambil tertawa-tawa karena aku tak mengerti jalan beserta angkutannya. Aku benar-benar puas memandang senyum Aji hari ini, riangnya membuatku begitu bahagia. Aku tak menyangka akan mengalami hal ini dengan Aji, rasanya aku ingin bertahan dengan waktu saat ini saja.

Terlebih lagi, Aji begitu manis kali ini, saat berjalan ke angkutan umum selanjutnya, aku melangkah cepat meninggalkan Aji bersama kedua teman prianya, aku tak mau mengganggu waktu Aji dengan temannya, sampai tiba tiba punggung tangan itu menyentuh punggung tanganku. Aku menoleh dan langsung kaget, punggung tangan itu milik Aji, lalu Aji berjalan beriring menemaniku, tanpa kata. Rasa-rasanya Aji tak tega melihatku berjalan sendiri. Kembali Aji menemaniku saat berjalan ke angkutan selanjutnya, tepatnya saat berjalan di atas zebra cross alias saat menyebrang. Aji si dingin itu ternyata bisa begitu manis. Di angkutan terakhir, aku duduk persis di sebelah Aji, aku duduk menyerong ke arahnya dan Aji duduk menyerong ke arahku. Aku kembali berbincang ringan dengan Aji dan kedua temannya. Aku gugup, aku tak pernah sedekat ini dengannya, tapi tetap aku lekat memandangnya yang kini persis ada di depanku. Sampai akhirnya waktuku dan Aji selesai, sampailah kami di sekolah Aji, Aji langsung turun dan berkata “sampe sini udah ngerti kan?” dengan ekspresi meledek, ini daerah yang cukup dekat dengan sekolahku, keterlaluan jika aku masih tidak mengerti, aku hanya tersenyum sambil berterimakasih. Aku lekat memandang langkah Aji, aku benar benar mau menikmati detik-detik dimana mataku masih dapat menjangkaunya. Sampai akhirnya Aji menoleh lumayan lama ke arahku dan aku tersenyum simpul padanya, tanda perpisahan yang diberikan Aji saat berada di persimpangan jalan menuju sekolahnya. Lalu, Aji menelusuri persimpangan itu dan tak dapat kulihat lagi.

Kini, aku harus menunggu satu setengah bulan untuk hasil test 4. Berarti satu setengah bulan juga aku tak bertemu Aji, kalau lolos, tapi jika tidak lolos maka aku tak tau kapan dapat bertemu dengannya lagi. Aku sering tertawa sendiri jika mengingat semua hal yang aku alami dengan Aji, aku benar benar seperti orang bodoh saat didekatnya. Yaa hanya mengingat saja yang bisa kulakukan saat ini, sambil memandangi fotoku dengannya. Hal hal manis yang Aji lakukan selalu menjadi memori yang paling lekat bagiku, sangat lucu, mengingat rasanya aku juga sering mengalami hal-hal yang jauh lebih manis dengan yang lain tapi tak pernah selekat ini. Aku sadar mungkin hanya Aji yang bisa, yaa mungkin.

you used to captivate me, by your resonating light. But now I'm bound by the life you left behind, your face, it haunts my once pleasant dream, your voice, it chased away all of the sanity in me. These wounds wont seem to heal, this pain is just too real, there's just too much that time cannot erase”
^Evanescence – My Immortal

Hate to Missing You... (I)

Nah, ini dia cerita yang baru selesai aku bikin. Cerita ini bisa dibilang cerita pertama karanganku selain tugas wajib mengarang di sekolah. Buat cara menulis, aku banyak terinspirasi dari blog temenku yang ahli soal tulis menulis, bisa dilihat di rabbanirhi.blogspot.com. Gak mau panjang-panjang deh, pokoknya check this out!(:


Hate to Missing You...

I know I cant be stronger, even I try to forget you...oh no I missing you. I need its you, so please dont make me feel like...I keep you in my heart”
^Still Virgin feat Cha – Hate to Miss Someone (song)

Entah keberapa kali aku pulang sepetang ini. Bukannya manja, tapi satu bulan belakangan ini memang berbeda. Biasanya aku pulang sore karena tuntutan tugas kelompok atau sekedar rapat organisasi, tapi akhir akhir ini rasanya agak berat, seusai sekolah aku harus belajar tambahan lagi. Tak tanggung-tanggung, kurang dari sebulan aku dituntut menguasai materi matematika tingkat SMA. Bukannya tanpa alasan, aku seperti ini karena lomba yang akan kujalani. Perlombaan ini bisa dibilang yang paling bergengsi karena itulah aku menaruh harapan besar. Aku kini duduk di kelas XI IPA di salah satu SMA negeri di Jakarta, tentu ini adalah kesempatan terakhirku di ajang perlombaan ini.

“Cha, makan yang bener, kegiatan kamu makin banyak, jangan sampe sakit” kata kata ini seakan menjadi sapaan rutin mama saat waktu makan malam datang. Syukurlah kedua orang tuaku mendukung penuh untuk hal hal seperti ini. Realistis saja, aku memang bukanlah seseorang yang masuk kategori multitalent, aku buruk di bidang kinestetis, seni dan rasanya hanya standar di bidang bidang lainnya. Di bidang angka dan pengetahuan alam aku mampu berkembang, jadi orang tuaku mendukung penuh untuk hal hal seperti ini. Namun, prestasi sekolahku dalam perlombaan tidaklah gemilang, hal ini membuatku sedikit pesimis, tetapi tetap aku akan melakukan yang terbaik apapun hasilnya nanti, aku ingin sekolah dan orang tuaku bangga.

There was a time I used to pray, I have always kept my faith in love, its the greatest thing from the man above”
^The Cranberries – Just My Imagination (song)

Malam ini begitu dingin, menusuk tulang, entah apa hubungan antara ujung saraf krause dengan kecepatan bilik kiri jantung memompa darah, yang pasti jantungku berdetak lumayan kencang. Tunggu, sepertinya bukan dingin penyebabnya, besok adalah hari perlombaan, angka angka dalam soal itu mulai berputar sembari mengejekku, tapi sepertinya juga bukan itu penyebab utamanya. Saraf simpatikku sepertinya memegang kuat kendali saat ini, hingga aku yang biasanya bisa mengatur emosi kini balik diatur. Dia, Aji, biang keladi semua ini. Aji Putra Pratama lengkapnya, seorang peserta lomba yang besok akan kutemui disana.

Pikirku terbang jauh ke masa lalu, belum begitu lama, kurang dari tiga tahun yang lalu tepatnya. Saat itu aku baru saja naik kelas 9 SMP. Aji tak lain adalah temanku di SMP, sudah sering kudengar namanya disebut-sebut sebagai siswa yang cerdas, namun aku tak pernah tau rupanya. Lucu, berada di satu sekolah namun tak saling mengenal. Sampai akhirnya sore itu tiba, aku dan teman-temanku dikumpulkan dalam suatu ruangan dan mendapat pengarahan untuk persiapan lomba kebersihan sekolah, lekat di ingatanku sore itu dihiasi rintik hujan. Setelah pengarahan selesai aku pergi ke warung es yang ada di depan sekolah bersama seorang sahabatku, disana ada temanku yang bernama Ahmad, ternyata Ahmad tidak sendiri, dia bersama teman laki laki yang wajahnya asing bagiku. Aku lekat mengamatinya, dia hitam manis, tidak begitu tinggi dan matanya indah namun sangat dingin, entah mengapa aku tertarik dan mulai penasaran. Langsung aku melihat bagian kanan bajunya, terlihat separuh nametag yang bertuliskan “Putra Pratama” ya nama ini tentu tidak asing, setelah mengingat sebentar aku langsung berteriak dalam hati “ini Aji Putraaa!”.

Tak banyak hal yang kupikirkan setelah itu, namun ada sesuatu yang berbeda, entah mengapa aku terus memikirkannya, Aji, orang yang baru saja kukenal. Aku penasaran, benar benar penasaran dengannya. Hingga sepertinya rasa penasaran itu berubah menjadi ketertarikan, rasa itu berubah begitu perlahan di luar kendaliku. Sehingga akupun sering tak mengerti dengan apa yang sebenarnya kurasa. Wajar kupikir, yaa awalnya aku berfikir demikian. Awalnya, aku tak pernah serius menghadapi keadaan rasa ini, saat itu aku ingin fokus dengan kelulusan dan aku sedang seru-serunya dengan temanku. Jadi, aku acuhkan semua rasa dan kubiarkan mengalir begitu saja.

Setelah hari itu, hari pertama aku mengenalnya, kami jadi sering 'dibuat' bersama. Aku jadi sering curi curi pandang setiap melewati kelasnya. Kami tidak pernah berkenalan secara resmi namun yang pasti setelah hari itu kami jadi sering berbincang. Awalnya aku mengira rasaku pada Aji hanyalah sementara, karena Aji benar benar berbeda dengan orang orang yang bisa disebut 'tipe'ku. Tetapi ternyata aku masih terjebak dalam rasa itu sampai saat ini, bahkan diperparah dengan kehadiran rindu yang setiap saat makin mencekik. Tak banyak memoriku dengannya, namun entah kenapa begitu lekat, detik demi detik saat aku dengannya rasanya jelas terekam ingatanku. Salah satu yang paling membekas adalah tentang akuarium, saat itu kami baru selesai try out ujian nasional, ada satu soal matematika yang sangat unik tentang akuarium, aku sebenarnya bisa mengerjakan soal itu, tapi aku pura pura tak bisa dan bertanya kepadanya. Dengan gaya khasnya yang galak dia mengajariku, saat mengajari ada perbedaan pengertian antara aku dengannya, aku langsung buka suara untuk protes dan sepertinya Aji sadar bahwa sebenernya aku mengerti soal itu, akhirnya proses 'pengajaran' itu berubah menjadi sebuah debat yang lucu.

Perbincangan terakhir kami sebelum berpisah adalah tentang SMA tujuan, Aji tak pernah mau memberitau mau kemana dia setelah lulus, aku baru mengetahuinya saat tak sengaja mendengar jawaban pertanyaan salah satu guru yang menanyakan pertanyaan yang sama denganku. Aku tertawa kecil, sedikit mengejek, namun sebenarnya aku sedih karena SMA tujuan kita berbeda. Aji berniat masuk ke SMA unggulan sedangkan aku ke SMA reguler. Masih kuingat persis omelan Aji saat tau SMA tujuanku, dia heran kenapa aku tak mau masuk ke SMA unggulan, tapi memang inilah takdir kita, ya, harus terpisah. Itu benar benar perbincangan terakhirku dengan dia, kini sudah lewat hampir dua tahun dan kami belum pernah bertemu kembali. Aku benar benar rindu. Dalam dua tahun ini kami hanya pernah dua kali berkomunikasi, yang pertama kira kira setahun lalu dengan topik perbincangan SMA masing masing, dan yang satu lagi sekitar sebulan lalu tentang lomba ini.

Kembali ke malam dingin ini, rebah tubuhku serileks mungkin. Rasanya aku ingin cepat terjaga, namun tak bisa. Malam kali ini benar benar tak bisa bersahabat denganku.

Manusia memang hidup untuk mengingat, tapi tak jarang manusia harus melupakan untuk bertahan hidup”
^Dr. Silbering - The Uninvited (Movie)

Akhirnya pagi pun menyapa, walau sapaannya tak sehangat hari kemarin. Bukan sang mentari yang bersalah, pagi ini terik namun cahaya itu tak sampai padaku, seakan proses metabolisme yang seharusnya eksoterm berubah menjadi endoterm. Setelah selesai bersiap aku kembali membuka buku untuk mengulang materi, khususnya materi kelas 12 yang masih terasa asing. Langsung bergegas aku menuju tempat lomba karena datang lebih awal memberi kenyamanan tersendiri bagiku. Disana sudah ada Bu Mila, guru pembinaku dan Indra temanku yang juga mengikuti lomba. Sebuah papan pengumuman menjadi tempat yang paling menarik perhatian, aku dan Indra langsung bergegas ke sana. Ternyata itu adalah daftar nama peserta beserta penempatan ruangannya, Annisa Kamila ada di ruang 12 dan Indra Wirta di ruang 13, kami langsung bergegas menuju ruangan masing masing. Sepanjang berjalan ke ruangan, aku tak henti mengamati sekitar sambil berbisik dalam hati “oh jadi kaya gini sekolah Aji...”, yaa tempat ini tak lain adalah sekolah Aji.

Sampai di ruangan aku langsung mencari tempat duduk yang paling nyaman, baris kedua dan dua blok dari pojok. Langsung kuambil buku dan pergi ke ruangan Indra, kami mengulang pelajaran bersama. Tiba tiba pikirku pecah, Aji? Aji di mana? Langsung aku keluar dan melihat sekelilingku, menjangkau pandanganku sejauh mungkin, tapi nihil aku tak menemukan Aji dalam kerumunan orang yang ujian di dua puluh ruangan. Akhirnya aku kembali ke ruangan, terlihat secarik kertas baru menempel di jendela. Ternyata itu adalah denah tempat duduk, beruntung aku sudah duduk di tempat yang benar. Kuarahkan kembali pandangan kepada daftar nama yang belum sempat kuamati dengan jelas saat di papan pengumuman tadi, penasaran siapa yang akan duduk di sisi depan dan belakangku. Seketika aku terbelalak, Aji Putra Pratama ada di list tepat diatasku, berarti dia akan duduk tepat di depanku nanti. Dingin seketika menyerang kembali dan semakin kuat, langsung aku menoleh ke dalam ruangan, kursi depanku masih kosong. Setengah gontai aku berjalan ke kursiku, fokusku benar benar pecah, aku kacau.

Aku tak asing dengan rasa seperti ini, tak mengerti mengapa selalu seperti ini. Hanya bodoh yang menggelayutiku, ini benar benar bukan aku. Dia, Aji, selalu berhasil membuatku kacau, selalu berhasil membuatku terlihat bodoh, dan selalu berhasil membuatku bukan menjadi diriku. Entah sesuatu apa yang ada dalam dirinya sehingga sanggup membuatku sebegininya. Aku selalu berfikir jika Aji adalah pria yang paling berbeda, dia sangat dingin dan itu yang membuat aku malah terjebak dalam rasa penasaran. Pesonanya terletak dalam dingin jiwanya, terlebih lagi ditambah kepintaran dan pemikiran-pemikirannya. Aku benar benar tak mengerti dan sangat lelah berada dalam keadaan ini.

Aku paksakan fokusku kepada tumpukan buku yang ada di mejaku, sampai si pengacau itu tiba. Aku kaget, dia lebih tinggi sekarang, bahkan dariku, padahal jelas dua tahun lalu aku lebih tinggi daripada dia. Aku mematung, namun mataku masih sanggup memandangnya lekat, mata yang dingin itu juga lekat memandangku. Mengapa dari empat ratus orang peserta lomba, Aku bisa ada dalam satu ruangan dengannya bahkan duduk sedekat ini. Kebodohanku terjadi lagi disini, kami hanya saling berpandang tanpa senyum apalagi kata. Persis kejadian dua tahun lalu di depan balkon kelasnya, dia menghampiri, berjalan ke sampingku dan kami hanya berpandangan dalam bisu, itu adalah perpisahan aku dengan Aji dan kali ini kami bertemu kembali dengan cara yang sama. Dia duduk, persis di kursi depanku, aku makin kacau, fokusku bergerak pasti kepadanya, rindu selama dua tahun yang kupendam rasanya memberontak, menuntutku untuk melakukan sesuatu. Bukan Aji namanya kalau tak membuatku tak mengerti, walaupun aku sangat ingin memanggilnya dan sedikit berbincang, tapi aku tak bisa, rasanya seperti dihalangi oleh sesuatu yang sangat besar yang membuatku hanya bisa meringkup. Aku tak mengerti.

Test dimulai, sepertinya aku benar benar kacau, soal yang sebenarnya tak begitu sulit tiba tiba menjadi sangat rumit. Aku mencoba tenang, sambil berteriak pada diri sendiri “Cha ayo dong serius! Konsentrasi!” setelah beberapa menit akhirnya aku bisa sedikit mengambil alih pengaturan diri dari sang emosi. Kukerjakan soal soal semampuku, sambil sesekali memerhatikan apa yang sedang Aji lakukan. Hari itu aku sama sekali tak berbincang dengan Aji, hanya sekali menendang bangkunya karena dia tak sadar saat dipanggil presensi. Aku bertambah kacau, dengan sangat gontai aku berjalan keluar ruangan, menyesakkan ketika rindu yang kutahan selama dua tahun hanya berujung seperti ini. Indra mengajaku bicara sepanjang perjalanan pulang, tapi aku tak terlalu menyimak apa yang dia katakan, aku benar benar ah...tak mengerti. Bahkan aku sampai tak sadar kalau jaket yang aku kenakan hari itu tertinggal di sandaran kursi tempat dudukku tadi.

I give you my heart, come and make it hurt!”
^@benzbara_

Beberapa hari setelah lomba aku makin gusar, bukan karena Aji, melainkan karena hasil test kemarin. Aku pesimis lolos karena aku benar benar tak mengerjakannya dengan maksimal. Sepulang sekolah aku dipanggil ke ruang guru, syukurlah ternyata aku berhasil lolos walaupun hanya di peringkat 40, sedangkan Indra ada di peringkat 36. Mataku melirik ke baris atas, yaa benar sekali, Aji Putra ada di peringkat 4, benar benar hebat. Aku senang, lega, dan segera aku menyiapkan diri untuk test tingkat 2.

Waktu yang diberikan untuk persiapan test tingkat 2 tidak begitu lama, aku memanfaatkannya semaksimal mungkin karena sungguh aku benar benar mau lolos. Jika lolos aku akan mengikuti pelatihan dan aku akan sekelas dengan Aji, ah aku mau! Tidak hanya itu, sekolah dan orang tuaku pasti akan sangat bangga. Test kedua kembali akan dilaksanakan di sekolah Aji dan aku punya waktu seminggu untuk mempersiapkan diri.

Hari test tiba, aku dan Indra sama sama berada di ruang 3 sedangkan Aji ada di ruang 1. Ruangan test kali ini ditentukan berdasarkan peringkat yang kami dapat di test 1. Aku juga memiliki seorang teman selain Indra, Sandy namanya. Sandy adalah teman lesku, pagi itu kami bertiga mengulang pelajaran bersama sambil bersenda gurau. Aku lebih tenang kali ini.

Test selesai, aku dan Indra langsung keluar ruangan, bersandar di balkon sambil berbincang tentang soal yang baru saja kami hadapi. Soal itu begitu rumit, aku tak begitu optimis tapi aku benar benar mau lolos. Saat berbincang tiba tiba ada seseorang berjalan persis ke sampingku, aku tak asing dengannya, benar saja itu Aji. Kembali, kami hanya saling bertatap tanpa berkata, persis seperti perpisahan kami dua tahun lalu dan pertemuan kami seminggu lalu. Aku baru sadar ketika Indra mencolekku sambil berkata “itu temen lo kan?” Aji langsung pergi ketika aku menoleh ke Indra, aku langsung berbalik badan, menjawab pertanyaan Indra “iya, yang pinter banget ituloh” dan mataku kembali lekat memandang Aji. “Kok gak tegoran sih?” lanjut Indra “hah? Yaa enggak aja hehe“ jawabku seadanya. Aku masih lekat memandang Aji, bodoh, ternyata Aji masuk ke toilet dan aku masih tetap memandang, entah sadar atau apa, Aji menoleh lagi kepadaku, aku sadar dan sangat malu. Aku langsung bergegas mengajak Indra turun dan pulang.

Tak ada yang lebih menyakitkan dari kepedihan yang tak bisa ditangisi”
^Partikel (book)

Aku tak begitu penasaran dengan hasil testku, bisa dibilang aku sudah yakin kalah, mengingat soal itu begitu susah dan aku yakin banyak sekali peserta lain yang mengerjakannya lebih baik dariku. Namun, secerca harapan itu ternyata masih ada, tiba tiba guruku Pak Imran yang juga merupakan salah satu panitia lomba berkata “Annisa, kamu belajar lagi yaa” aku setengah senang mendengarnya, tapi aku mencoba tidak terlalu percaya diri dan melemparkan pertanyaan untuk meyakinkan “hmmm... maksudnya Pak?” “Bapak liat nama kamu ada di 25 besar, belajar lagi yaa Nak” jawab Pak Imran. Aku sangat senang, benar benar tak percaya dengan apa yang kudengar. Beberapa hari kemudian pengumuman resmi keluar, namaku ada di urutan 18. Sayang sekali Indra tidak berhasil lolos, tapi Sandy lolos di urutan 21, lega rasanya masih ada yang menemaniku. Seperti sebelumnya, langsung kuarahkan mataku ke baris atas, benar benar hebat, Aji ada di urutan 2 dengan nilai yang sangat sangat baik.

Aku senang, aku sangat bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini. Sedikit berbisik hati kecilku, “apa ini takdirku dan Aji?” lalu aku tertawa sendiri setelahnya. Semua kejadian yang aku alami dengan Aji selalu kuceritakan pada Zahwa, sahabatku yang mengetahui persis semua ceritaku dengan Aji, Zahwa jugalah orang yang bersamaku saat bertemu Aji untuk pertama kalinya. Zahwa selalu mendengarkan ceritaku dan menyemangatiku. Beberapa kali aku bilang pada Zahwa bahwa aku menyerah, aku benar benar mau melupakannya, melupakan Aji, saat rinduku pada Aji tak tertahan aku juga pasti menghubungi Zahwa. Biasanya Zahwa membalas semua kegusaranku dengan penggalan kata kata indah yang dia baca di buku, dia memang hobi membaca. Zahwa benar benar juru kunciku untuk hal yang satu ini.

Aku bersiap untuk empat hari pelatihan, aku tidak mau memalukan disana, melihat rivalku hampir semuanya dari sekolah unggulan. Tiga hari pelatihan akan dilaksanakan di sekolah Aji sisa satu harinya akan dilaksanakan di sekolah pusat bidang matematika. Untuk empat hari kedepan aku telah membooking Sandy untuk menjadi teman semejaku. Sebelum pelatihan, kupastikan semua tugas dan ulangan di sekolah telah tertangani. Aku ingin fokus pelatihan, aku ingin lolos, terus bersama Aji dan terus membuat orang di sekitarku bangga.

Aku ingin menjadi orang hebat, yang membuat dunia berubah karena keberadaanku, walau hanya sedikit”
^Ko Cing Teng - You Are The Apple of My Eye (Movie)

Pelatihan dimulai, seperti biasa aku datang seawal mungkin. Sebelum pelatihan kami mendapatkan pengarahan terlebih dahulu. Aku duduk di ruang aula bersama Bu Mila sambil menunggu Sandy. Sandy memang sedikit menjengkelkan tapi sebenarnya sangat baik, benar saja, pagi itu dia memintaku menunggunya di depan gerbang. Aku langsung minta izin pada Bu Mila dan menunggu Sandy di gerbang. Bagaimanapun juga Sandy-lah temanku satu-satunya selain Aji di pelatihan. Sandy datang, kami langsung ke aula dan setelah pengarahan selesai aku bergegas ke kelas. Baris kedua, tempat ini adalah tempat kesukaanku. Baru aku yang berada dalam kelas, tak lama kemudian teman temanku yang lain masuk, tak terkecuali Aji. Untuk kali ini aku lebih tenang, karena aku sudah tau bahwa aku akan sekelas dengan Aji. Tak ada yang spesial dari pelatihan hari pertamaku, seperti sekolah biasa, namun lebih berat. Tak ada juga perbincangan yang tercipta antara aku dan Aji.

Aku sempat merasa tertekan ada di kelas itu. Pelajarannya, teman-temannya, ditambah lagi Aji. Aku benar benar merindukan kelasku yang sebenarnya. Pelajaran disini lumayan sulit untuk dimengerti dan ini menyiksaku, beruntung ada Sandy, Sandy biasanya menoleh padaku dan tertawa saat pelajaran mulai rumit dan sulit dipahami. Refleks aku pasti tertawa juga dan tekanan itu sedikit hilang. Di kelas ini aku mengenal Anna, dia tak lain adalah teman Sandy, jadi Sandy dan Annalah penghiburku selama disana.

Hari pertama berlalu, tak banyak materi yang bisa kutangkap di hari itu. Aku berharap banyak di hari kedua, tapi ternyata gagal, hari kedua rasanya malah lebih buruk dari hari pertama. Aku duduk di kursi paling belakang, dan tak mengerti apa yang disampaikan. Untuk kali ini aku tak ambil pusing, aku lelah, aku benar benar mau di kelasku, di mana aku menjadi aku dan berlaku sebebasku. Belum lagi ditambah dengan materi materi ketinggalanku di sekolah. Rasanya aku mau mundur, tapi ah aku bingung. Hari ketiga juga tak jauh berbeda dengan hari kedua, aku duduk di paling belakang lagi dan kebosanan kembali terulang. Tiga hari pelatihan, tapi sama sekali aku tak berbincang dengan Aji, kami sama sama sibuk sendiri. Aku jelas kecewa, ini tak seperti apa yang aku harapkan. Waktuku sisa satu hari lagi, pelatihan di sekolah pusat bidang matematika.

Who do you think you are? Running round leaving scars, collecting a jar of heart, tearing love a part. You're gonna catch a cold, from the ice inside your soul, dont come back to me. Who do you think you are...”
^Christina Perri - Jar of Hearts (song)

Setelah lebih dari satu jam aku tiba di sekolah ini. Sekolah yang cukup bagus menurutku, lebih bersih dan teratur dibanding dengan sekolahku. Aku sedikit gemetar ketika menaiki tangga karena aku tak biasa menempuh perjalanan jauh dan lama dengan motor, ditambah lagi macet yang sangat memuakan, tak terbayang kapan aku sampai jika dengan mobil, maka dari itu Papa memutuskan mengantarku dengan motor dan beginilah jadinya. Untung aku hanya sedikit kelelahan, dan kabar baiknya ialah entah kenapa hari ini aku lebih semangat. Tempat baru, suasana baru dan banyak teman baru, karena di sini aku dipertemukan dengan rivalku seprovinsi, tak seperti sebelumnya yang hanya sekotamadya. Aku menuju lantai 4 bersama seorang teman satu kelasku kemarin, kami tak saling mengenal tapi keliatannya dia baik. Aku mencoba menyamakan langkah dengannya, sempat ada niat untuk membuka suara dan berkenalan, namun aku urungkan niatku itu.

Sesampainya di lantai 4 aku langsung mencari Anna dan Sandy, tapi sepertinya mereka belum tiba. Kuhubungi Sandy dan ternyata Sandy masih di jalan dan masih cukup jauh. Aji sudah sampai lebih dulu dariku, kebetulan teman yang tadi kutemui di tangga duduk di samping Aji, akhirnya aku kesana dan duduk di depan mereka berdua. Aku tak begitu mengamati Aji, aku sibuk dengan handphone meladeni Sandy yang sedang cerewet karena takut terlambat. Tak lama kemudian, Anna tiba dan list ruangan ditempel, ternyata teman teman sekelasku tetap yang kemarin, teman temanku satu kotamadya. Aku langsung masuk dan memilih tempat duduk, baris ketiga, aku rasa ini paling adil mengingat aku suka duduk di depan dan Sandy suka duduk di belakang. Anna duduk di paling depan, Aji duduk di meja sebelah Anna, dan teman yang tadi kutemui di tangga duduk di serong depan kananku. Algi, tak sengaja aku membaca nametagnya, wajahnya sangat mencerminkan intelektual yang tinggi, aku tertarik untuk lebih mengenalnya apalagi setelah dia mendukung pendapatku ketika aku mengkritik jawaban seorang temanku yang salah. Hari keempat merupakan hari yang paling baik bagiku, aku baru sadar bahwa ini tak seburuk yang aku kira, aku berkenalan dengan banyak teman baru dan mereka cukup menyenangkan. Aku mulai menikmati masa pelatihan di hari terakhir, bodoh, tapi justru ini yang mebuatku semangat untuk lolos lagi dalam test selanjutnya karena jika lolos lagi aku akan dilatih selama dua minggu, kelihatannya menyenangkan.

When you need, God knows. When you ask, God listens. When you believe, God works. When you thank, God give more”
^@damnitstrue

Dua hari setelah hari pelatihan terakhir aku mengikuti test ketiga. Aku sangat bersemangat untuk hari ini, lolos lolos dan lolos, hanya itu yang aku pikirkan. Entah mengapa tiba tiba aku sangat ingin lolos lagi. Pagi itu, aku langsung masuk ke ruang 3, dan mencari tempat duduk yang paling nyaman. Aku memilih baris keempat, menurutku tempat ini paling nyaman, bukan karena letaknya yang di belakang, tapi karena di sekitarku adalah teman teman sekotamadya. Tidak seperti kotamadya yang lain, kotamadyaku memang lebih memiliki hubungan yang erat dikarenakan pelatihan mandiri yang sudah diadakan. Kuselesaikan seluruh soal sebisaku, setelah selesai aku langsung berbincang dengan Anna dan Sandy. Aku mau lulus, benar benar mau lulus, tentunya bersama Anna, Sandy..... dan tentunya Aji.

Beberapa hari setelah test aku memberanikan diri menghubungi Aji untuk menanyakan hasil test, Aji ternyata juga belum mengetahui hasilnya, aku memintanya memberi tauku jika sudah ada info. Aji tak membalas permintaanku itu, yaa itulah Aji dan jiwa dinginnya, tak pernah berubah. Tiga hari setelah hari itu, aku terkejut dengan mention seorang temanku yang mengucapkan selamat atas kelulusanku di test ketiga. Aku kaget dan senang bukan kepalang, langsung kuhubungi temanku itu untuk meminta situs web pengumuman test. Saat sibuk menghubungi temanku, Aji mengirim pesan singkat, menanyakan apakah aku sudah mengetahui hasil test ketiga. Aku tak membalas, aku terlalu sibuk menghubungi temanku dan menanggapi Sandy yang sedang bawel karena belum mengetahui nasibnya. Tak lama kemudian, Aji kembali mengirim pesan, menanyakan hal yang sama. Aku tersenyum, Aji si dingin itu ternyata punya kepedulian yang cukup lumayan. Sementara, temanku yang memberi selamat menghilang dan membuatku sedikit jengkel, aku penasaran ingin melihat hasilnya langsung. Akhirnya kubalas pesan Aji, aku bilang aku juga sedang mencari informasi, Aji bilang kalau aku benar lolos dan dia memberi tau alamat situsnya. Aji juga bilang bahwa pada situs tersebut nama nama peserta yang lulus tidak diurutkan berdasarkan peringkat, tapi berdasarkan abjad. Lalu, dia memberi tauku bahwa dia berhasil menyabet peringkat 1, aku tertawa kecil, si dingin ini rupanya suka pamer juga. Aku senang Aji yang seperti ini, Aji yang sedikit bawel, Aji yang terbuka dan Aji yang selalu dapat kulihat, tak seperti dua tahunku yang penuh kehampaan.

oh I though the world of you, I thought nothing could go wrong, but I was wrong, I was wrong. If you, if you could get by, trying not to lie. Things wouldnt be so confused and I wouldnt feel so used. But you always really knew, I just wanna be with you”
^The Cranberries – Lingers (song)

Surat tugas dari sekolah turun, aku bersiap untuk pelatihan dua minggu di sekolah pusat bidang matematika. Walaupun jaraknya jauh namun aku dapat menikmatinya. Sandy dan Anna juga lolos, Algi teman yang baru kukenal juga lolos, aku benar benar penasaran apa yang akan terjadi di hari pertamaku. Sebelum berangkat pelatihan, aku mampir ke sekolah untuk menyerahkan tugas, alhasil aku sampai disana agak telat, 15 menit sebelum pelatihan dimulai dan saat itu briefing sudah dimulai. Aku langsung bergegas masuk. Aji duduk di baris paling depan blok kedua, persis di belakang Aji ada kursi kosong, aku tak sempat melihat lihat sekitar, langsung saja aku duduk di kursi belakang Aji. Angel, seorang Chinesse cantik ini menjadi teman semejaku pada hari itu. Setelah duduk aku baru memutar kepalaku melihat sekitar, aku berhenti saat seorang pria melambai kepadaku, yaa itu Sandy, ternyata dia sudah datang dan dia sudah menyiapkan kursi kosong di sebelahnya untuku. Aku bingung, aku tak enak dengan Angel dan aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan duduk di belakang Aji. Akhirnya setelah briefing, aku menghampiri Sandy dan meminta maaf karena tidak duduk bersamanya. Aku kembali ke mejaku, bersamaan dengan guru pembina yang memerintahkan kami untuk mengambil kumpulan soal yang sudah disiapkan. Aku bergegas mengambilnya, tiba tiba ada yang berteriak kecil “Annisa...” aku reflek menoleh dan menjawab “yaa?” aku tertegun, itu Aji, lalu Aji melanjutkan pembicaraan “gue nitip soalnya dong Cha hehe” sambil sedikit tersenyum, aku tak langsung menjawab, aku masih terngiang dengan suaranya yang kini berubah berat dan aku masih fokus melihat senyumnya, sampai akhirnya aku sadar dan berkata “hah? Oke”.

Begitulah, aku tak pernah bisa menjadi aku saat dekat dengannya. Aku yang biasanya cerewet ternyata hanya mampu seadanya ketika berbicara dengan Aji. Soal telah kuambil, aku langsung ke meja Aji, menyerahkan sambil mengecek apakah soal soal itu sudah lengkap, setelah itu aku berkata “udah bener kan?” Aji langsung menjawab “udah kok, makasih yaa Cha” dia kembali tersenyum, aku tak berkata-kata, hanya balik tersenyum sambil lekat memandang senyumnya itu. Aku kembali ke kursiku, tersenyum-senyum kecil dan berbisik dalam hati “Zahwa harus tau nih...”. Aku tak mau rugi, sekarang aku yang harus memulai pembicaraan dengan Aji, cukup lama aku mengumpulkan mental untuk mengajaknya bicara, kebetulan pula ada topik yang bisa kami bicarakan, sampai akhirnya “Ji...” panggilku pelan “iya?” jawabnya “kepsek lo ganti yaa?” lanjutku “iya! Ke elo kan” jawabnya dengan nada lebih tinggi, seakan tak ikhlas kehilangan kepala sekolahnya itu “hehe iya... beliau baik gak?” kataku “baik kok beliau, ih enak deh pokoknya” jawab Aji. Aku tak menjawab lagi, hanya mengangguk-angguk tanda aku mengerti. Hari pertamaku mebuatku sangat semangat untuk menghadapi hari hari berikutnya.

.....

Bahamut 11 IPA 1

11 IPA 1 - 2012-2013

Bahamut, salah satu rumah terbaik yang pernah ada.

Beberapa bulan setelah sekelas, kita para penghuni mulai coba kasih nama. Dari nama yang sok ilmiah ((pamer lah ya anak IPA)) sampai nama western yang keren...akhirnya disetujuilah nama Bahamut. Garing. Bahamut, bahagia & imut, emang kelas ini paling, ah yasudahlah. Di tengah-tengah nama keren yang lagi booming kita malah namain kelas kaya gitu.

Kita ber-39 ini anaknya ibu guru Kimia yang lagi alih fungsi jadi guru PLH juga, yaitu Bu Susi Herawati, ibu yang ini baik bangettt ((iya t-nya harus tiga)), sabar pula, ah top deh.

Bahamut punya kapten namanya Bagus Mahmudi, terus ada wakil kapten Wanda Hamidah cc Anita Soraya. Buat urusan tulis menulis ada Nabila Diani & Rizka Sukmasari, kalo soal keuangan ada Indah Kemala and me^^. Di kelas ini itu ku terdampar bareng Icha, Dena & Isya jadilah duduk bareng dan makin soulmate sama Icha, Dena duduk sama Bayu dan si Isya sama Luky.

Awal masuk kelas, cuma lola lolo ajasih. Ada yang mukanya udah familiar, ada juga yang asing, ada juga yang taken, tapi yang bertahan sampe kisah ini ditulis itu pasangan abadi Inna-Eky. Sempet takut masuk kelas IPA, karena mikir bakal dapet temen temen yang krik, belajar mulu...ah pokoknya gitu deh. Tapi salah ternyata salah, gila banget ih orang-orangnya:(

Secara general... Bahamut itu kaya gini kalau lagi belajar:

-buat pelajaran Matematika...give up, gakuat banget trigono ada di hampir semua bab:( selalu dikasih PR sama Bu Murni tapi kita suka males ngerjainnya huhu maaf Bu:(

-Biologi sih seru parah, belajar tentang semua sistem ditubuh manusia...di biologi ada kelompok tetap & kedapetan bareng cewe cewe muslimah, Nabila, Nadya, Novia & Andin. We love Bu Nina.

-Kimia juga seru banget, ada juga nih kelompok tetap buat prakteknya, sama kaya Biologi, disini bareng Icha, Dito, Zizah & Nadya. Love love Babe Rojali<3

-Fisika...amit amit susah bangett:) gamau ngebahas...... Untung Pak Imam yang ngajar, jadi lebih baik.

-Bahasa Indonesia...yang ini seru parah, paling seru pas dapet tugas drama & film. Drama satu kelompok sama Yoga, Zahra, Dian & Novia. Kalau pas film...dapet kelompok yang paling pol balanya huhu ada Dena, Bagus, Zizah, Nadya, Indah Permata, Agnes dan Imka...ini tugas paling seru paling tak terlupakan. Bu Rosna is the best pokoknya^^

-Bahasa Inggris...normal normal aja, seru seru aja. Mrs. Agnes baik sekaliii.

-Agama...duh panjang ceritanya buat matpel yg ini, Bahamut itu kebetulan muslim semua, jadi kelas tetep rame pas pelajaran agama, kadang (gak kadang sih, sering:)) kita males gitu belajar agama, jadi...pada sekongkol gitu buat bikin tanya jawab tak berujung(?) jadinya dua jam pelajaran itu kita gak belajar dan cuma tanya-tanyaan & jawab-jawaban. Astagfirullah:') maafin kita, Pak Dadang..

-PKn...as normal as usual buat pelajarannya, tapi ada something yang menghebohkan jugasih:o

-Bahasa Asing...di kelas sebelas ini bahasa asingnya ganti jadi Perancis, dan seru parah. Yang paling berkesan itu tugas terakhir...bikin video klip “regardez moi” sama Bagus, Dena, Icha, Nadya & Zizah. Merci, Madame Kartika.

-Seni Rupa...yang ini gak kalah seru (walaupun pusing), yang paling badai tugas terakhir, bikin rumah adat gitu...dan jadi paling gabut karena lagi tugas negara hehe maaf yaa kawan Fitri, Siska, Bagus, Imka, Anita, dll:')

-Sejarah...hmm gara-gara jadi anak ipa, pelajaran yang ini jadi suka diremehin gitu huhu maaf Bu Nur:"

-Penjaskes...yaAllah kalau inget penjas rasanya gamau ninggalin kelas XI, gurunya ganteng banget, Pak Agung(

-TIK...as fun as usual, Pak Eman kesayangan kita semua~

-PLH...nah yg ini pelajaran baruuu~ yang paling bikin kerjaan itu tugas bikin tas:(

Itu tentang pelajaran & temen temen sekelompok dari tugas yang seru-seru, sekarang mau bahas sekilas tentang sejarah & kebiasaannya ah~

Dari pagi...yang pertama dateng ke kelas pasti Gendis, doi emang rajin banget. Abis itu disusul sama dua soulmate Luky & Diki....selalu seperti itu, sisanya sih random aja. Ada yang rajin, pasti ada juga yang telat...nah Zahra & Luthfi nempatin tempat top murid tertelat huehehe.

Pagi yang tenang itu adalah pagi di mana gaada pr buat seharian...kalo ada pr sih, jangan harap bisa tenang. Percuma namanya pr...kita kita ngerjainnya di sekolah Pak, Bu:(

Pas pelajaran ada Dena sama Indah Kemala yang suka asal nyeletuk dan bikin ngakak...trus pasti Eky langsung nimpalin, Zahra juga suka nimpalin tapi ujung-ujungnya nanti dia yang dibully:') Bagus juga kapten yang tertindas...suka dibully gitu kalo jbjb. Yang jbnya suka gajelas sih si ganteng Luthfi. Yang kelakuannya paling kocyiaq ((iya bodo amat tulisannya alay, kocyiaq)) itu Anita:( Bayu paling konyol & Andin paling sering dibully.

Bahamut itu b*k*p-nya parah, semacam pembelajaran sistem reproduksi yg berlebihan:(... demiAllah deh huhu diriku yang polos jd ternodai. Sumpah dulu mah polos gak ngerti apa apa. Please serius polos beneran. Tolong percaya.

Gak cuman itu aja...bahamuters juga ada geng geng gitudey:
Ada TTangel yang...beh polll lah. Isinya ada Indah Kemala, Kania, Keke, Zahra & Fitri. Ada anak anak gila, Intan Agus, Anita, Rizka, Sinta dan Dian Yustika ((pihak yang paling waras)). Ada kanggalaw eh...Ayu, Siska, Dian Dinun, Imka diikuti oleh Indah Permata dan Novia. Ada cowo-cowo yang katanya kece Luky, Bayu, Diki, Isya, Dito dan Eky...ada si embul Andin, Uni Agnes. Ada Inna yg rempong, Nuni yg sabar, Nabil yang rajin, Novita yg ceplas ceplos.....ah pokoknya lengkap bgttt deh.

Ohiya ruang kelas 11 IPA 1 itu absurd, dipindah mulu...pindahnya sampe lain gedung gitu malah. Jadi kelas kita dipisah sama IPA yg lain:")ditaro di tempat kelas IPS...jadi IPS 6:") Ada satu yang paliiing berkesan...waktu lomba hias kelas, Bahamut ngehias pake tema four seasons, ada autumn in Paris beserta menara eiffelnya, spring in Tokyo beserta bunga bunga yang baru tumbuh, summer in Jakarta beserta mataharinya yang terik dan winter in Seoul beserta tali tali biru ((ceritanya salju)). Kita berhasil jadi juara dua loh hehe.

Yang paling indah itu...kenangan menang volley pas classmeet:') haru biru bangga gimana gitu ih seneng banget. Emang deh cowo-cowo kece.

Trus juga ada yang jadi putra/i vegas nih xoxo Icha & Bagus

Pokoknya semunya berprestasi deh, di olahraga ada team volley kece, Nabila, Novia dan Eky...gak lupa juga ada Intan Agustina yg berhasil nyabet juara 2 O2SN kotamadya bid.pencaksilat~

Ada juga yg menang lomba cerdas cermat...Dian Dinuna, Isya & Novia.

Ada juga yg OSN...Ralfy & si barbie mariposa ((HAHA maafin canda))

Pokoknya hebat hebat semuaaa.

Anak anak bahamut juga aktif aktif...ada anggota MPK, OSIS, Pramuka, Paskibra, Padus, Rohis, Tatra, Futsal, Volley, Cheers, MD, Fotografer, Sepak Bola Putri.....ah lengkap deh dan semuanya aktif + dominannya pengurus intinya gitu hihi


Sekarang kita bahas ke personalnya yuk;)

-mau mulai dari si chairmate ah...Icha (@ichachya) cewe cantik yg sekaligus putri vegas ini single loh (saat ngepost), agak miris juga sih sama kisah cintanya eh hehe. Doi cantik, badan model, baik, sabar...tp kenapa single._. Duh pokoknya kusayang kamu Chaaa! Kadang kadang suka telat, trus suka kocak gitu...untung cakep:( intinya doi baik banget deh....mukanya sih kaya muka cewe gaul setengah nakal ewh padahal mah dia innocent bgtttt:( oiya suka bilang dia smurf smurf gitu gara-gara dia pernah kena sakit kurang trombosit jadi biru biru, untung aja selama kelas 11 gapernah lagi xoxo gaboleh sakit sakit lagi yaa Cha{}

-putri vegas udah sekarang ke putranya aja deh....ada Bagus (@baguszer) pertama kali liat dia, sempet mikir dia sombong...yaa jadi males gitu deh. Eh tapi ternyata enggak.....yang ada doi sama aja gilanya, pas ngepost ini sih dia lagi sama junior kiw~ sama sama kece deh pokoknya cucok. Yang paling ngeselin itu Bagus paling sering bikin naik darah, saking seringnya jadi kebal sampe gabisa marah ke dia:') kalau lg akur sih tjakep ya kita, tapi kalau lagi dateng setannya suka bully-bullyan kaya anak TK:"

-loncat ke cewe gokil yang ini...Sinta (@sintahirama) doi marah banget kalo namanya ditulis pake h, jadi “shinta”...kata dia itu alay banget. Mukanya Sinta tuh Japanesse.....padahal gaada jepang-jepangnya, namanya juga mirip jepang gitu kan ya. Awalnya mikir dia waras dan polos, ternyata enggak:( gilanya parah, belok pulaaa:( kalo doi udah ketemu Dena....udah deh abis. Sinta tuh woles woles asyik gitu....seru deh. Yang paling khas dari doi itu suaranya yang ngebass ngebass eksotis gimana gitu hmm

-selanjutnya ada Ayu (@ayuprilii) butuh makanan enak? Tempat main asyik? Kamera buat narsis? Hubungi Ayu:) fotografer yg ini punya cathering gitu, jd kalo ada event makan makan Bahamut pasti ayu backingnya haha. Anaknya sih kalem (keliatannya), bisa dibilang galawer soalnya saat ngepost ini dia lagi LDR-an gitu deh haha. Sesuai namanya, Ayu tuh emang Ayu banget, cucok deh buat jadi gadis jawa ideal. Oiya dia baru aja balik umroh loh hehe

-next ada Yoga (@Ahdyoga) mau tawa dulu ah sebelum bahas yang ini:( keliatannya sih doi waras, secara pinter gitu huhu tp ternyata enggak juga:') fans liverpool yg katanya never walk alone ini sama aja gilanya....trus kelakuannya kaya bocah alias childish. Doi tuh temen curhat cowo yang paling setia. Doi juga update banget deh sama teknologi, sosmed sosmed, sampe film yg lagi di bioskop. Dia juga lagi in a relationship sekarang huehehe. Oiya Yoga juga sabar banget loh....contohnya saat dibully, dia tetep sabar, makanya seneng bully dia:(dan dia juga suka ngebully.

-lanjut ke Zahra (@zahraangganiras) cewe cantik yang ini sayang banget kelakuannya abnormal:( sering digosipin gak mandi gitu kalo sekolah...huff doi cantik banget deh asli tapi kelakuannya gila parah:( Zahra ini baik banget dan jago ngedance lohhh:o doi suka jbjb gitu, sering dibully, suka lola ah pokoknya poldeh:') untung doi sabar...untung tjakep:) love u lah Zar wkwk

-loncat ke Novia (@Novradclife) cewe yang ini normal normal aja kok (keliatannya), pinter dan rajin pula. Addict Greyson parah, suka berkelakuan gajelas gitu kalo udah ngebahas bahas yang berhubungan sama Greyson. Novia suka bgt sama Perancis & German...dia juga addict sama pelajaran bio. Trus doi tuh gampang bgt ngerasa bersalah gitu, doi panik banget deh pokoknya kalo udah ngelakuin kesalahan. Novia juga masuk list orang orang yang suka dibully.

-terus lagi ada Intan Pratiwi (@intan_stiawan) yg inisih cewe strong. Anak pramuka aktif, anak sepak bola putri dan ketua KIR (sorry kalo ada yang lupa) pokoknya doi aktif banget deeeh~ kalo lagi ada tugas lari-lari gitu, biasanya doi suka gak pake sepatu gitu yaa namanya juga strong. Intan juga hafal loh banyak nama temen seangkatan, kakak kelas, maupun ade kelas, jadi kalo mau tanya orang...yaa ke doi aja

-next ada Diki (@Dickyrs) cowo yang ini sering dibilang kanggalaw:( pukpuk Diki...padahal doi ganteng, alim, pinter pula (oke ini promosi). Doi paling berbakat di fisika deh kayanya. Seneng kalo cerita-cerita sama doi, soalnya doi bijak gitu ea...trus gue juga satu SMP loh sama dia (info penting). Diki itu gapernah bisa jauh jauh dari warnet beserta game onlinenya, tapi tetep aja pinter walaupun ngegame mele-_-

-loncat ke Rizka (@rizukasukma) cewe gokil yang ini addict banget sama Raditya Dika, makanya kelakuannya rada abnormal juga ketularan Bang Dika:( tapi gila gila begini doi anak paskib loh. Seneng bgt sama rambutnya doi hiiiw udah gitu kulitnya item manis pula. Oiyaaa kalau cewe yang ini KTBFFH, doi juga masuk tiga besar nih pas kenaikan kelas, seneng deh dia gapernah jaim

-selanjutnya ada Dian Dinuna (@diandinun) nah cewe yg ini juga kanggalaw nih (duh kenapa kanggalaw semua:')) doi juga pinter dan rajin...wanita muslimah sejati deh pokoknya. Cuman kelakuannya suka oplo gitu duuuh. Trus anak anak suka manggil dia dian dunia, ikut ikutan Pak Dadang. Dian ini anaknya baik parah, sabar pulaaa xoxo pokoknya top deh

-lanjuttt ke Inna (@IApriantini) cewe cantik yang ini sih istrinya Bang Eky hehe doi matanya coklat gitu, trus rambutnya rada pirang duh bule kaliya. Walaupun ada pacarnya di kelas tapi tetep Inna gak pernah jaim. Teriak-teriakan, ngomel-ngomel, ah oplo deh:( oiya HPnya Inna sering kita kita pake buat foto-foto...biasalah pengguna 360 u,u ada juga yang suka manggil Inna nenek...gangerti apa alesannya. Intinya doi top deh

-next ada si abang ganteng Luthfi (@lufihida) gatau kenapa anak cowo pada manggil bang ganteng, iya emang kenyataan sih dia ganteng tp krik aja kan yang namain bang ganteng anak anak cowo._. Doi asik bgt buat dijadiin temen ngobrol, topik apapun dia bisa nyambung. Selain bang ganteng, ada juga yg manggil koko soalnya mukanya chinesse gitu, dan ada juga yg manggil homo...alesannya simpel, karena doi ganteng tapi single jadi dipanggil gitu duh kasian:( Luthfi itu pinter cuman malesnya itu loh hmm...oiya dia juga yg paling stay cool kalo diledek-ledekin gitu. Aku pribadi punya pengalaman lucu nih sama doi wkwk (gapenting).

-loncat ke Intan Agustina (@Intanaggst) cewe manis yang ini multitalent loh. Jago silat tapi juga jago nyanyi...suaramya adem banget deh huhu~ termasuk list yg sering dibully juga....soalnya doi kecil, lucu gituuu. Cewe yang ini juga KTBFFH loh. Doi anaknya woles woles gitu, asyik, gak jaim, seru deeeh~ doi juga temen SMP loh, pernah sekelas pas kelas 7 hihi. Oiya Intan juga punya band hihi dan pastinya dia jadi vokalis.

to be continued...